Sama dengan Perokok Ini Penjelasannya! Benarkah Asap Vape Bisa Tularkan Corona

Posted by

Virus corona atau Covid 19 semakin hari semakin menunjukkan gejala gejala barunya. Bahkan, ada sebuah peringatan dari para dokter dan ilmuwan terkait dengan asap vape bisa menularkan virus corona. Dikatakan, para pengguna vape juga dapat memperlambat penyembuhan dari Corona, seperti para perokok.

Tak hanya itu, pakar otolaringologi dari Stanford Medicine, Amerika Serikat, bahkan menyebut asap vape bisa menularkan virus corona. Menggunakan rokok elektronik, di mana kamu menghirup campuran rasa, nikotin, dan bahan kimia, kemudian memuntahkannya menjadi kabut halus, bukanlah hal yang baik untuk kesehatan – apalagi di masa pandemi virus corona sekarang ini. Catatan penting, Covid 19 “memangsa” paru paru.

Setelah infeksi mencapai hidung atau tenggorokan, infeksi akan mulai beringsut menuju saluran pernapasan, memicu peradangan di paru paru. Untuk mengatasi infeksi dengan cepat, paru paru harus dalam kondisi prima, sehingga mereka dapat bertarung dengan baik. Sedangkan vape merusak paru paru dan menekan sistem kekebalan tubuh sedemikian rupa, sehingga tubuh akan lebih sulit pulih dari Covid 19.

Penelitian tentang efek kesehatan jangka panjang vaping memang masih terbatas. Tetapi mengingat apa yang kita ketahui tentang merokok, Covid 19 dan infeksi pernapasan lainnya, para ahli kesehatan dengan yakin mengatakan, bahwa vaping tidak hanya akan meningkatkan risiko mengembangkan komplikasi dari virus corona. Tetapi, juga akan meningkatkan peluang untuk menyebarkan penyakit itu ke orang lain.

Bahkan, beberapa negara telah mengeluarkan rekomendasi kesehatan khusus tentang vaping dan Covid 19. Masalah yang paling jelas dari menggunakan vape adalah adanya kerusakan yang ditimbulkan pada paru paru. Ketika memakai vape, bahan kimia keras yang terkandung di dalamnya segera merusak sel sel dalam sistem pernapasan, yang bertanggung jawab untuk mengatur sistem kekebalan tubuh.

“Yang mana ini juga merupakan garis pertahanan pertama tubuh untuk melumpuhkan penyakit pernapasan seperti Covid 19,” menurut Alexa Mieses, dokter keluarga di Durham, North Carolina, dan asisten profesor kedokteran keluarga untuk Fakultas Kedokteran Universitas North Carolina. "Dalam waktu singkat, sistem kekebalan tubuh disibukkan dengan kerusakan yang ditimbulkan oleh uap pada paru paru," lanjut Mieses yang juga menambahkan bahwa ini membuat tubuh jauh lebih sulit untuk melawan pathogen, seperti virus corona. Senada dengan Mieses, menurut Robert Jackler, ketua departemen otolaringologi di Stanford Medicine, hal itu terjadi, karena vape menekan respons kekebalan paru paru, meningkatkan keparahan dan durasi infeksi pernapasan lainnya seperti bronkitis, influenza, dan pneumonia.

“Vape diduga dapat menunda pemulihan, seperti halnya perokok yang batuk setelah flu atau virus corona," kata Jackler. Meskipun kami masih belajar bagaimana vape dapat memengaruhi risiko seseorang untuk terinfeksi Covid 19, para pakar kesehatan menduga hal tersebut mengikuti pola yang mirip dengan infeksi pernapasan lainnya. Covid 19 menyebabkan paru paru terangsang dan membengkak, yang kemudian membuatnya lebih sulit untuk menyerap oksigen.

Jackler mengatakan, infeksi dapat mengurangi kemampuan paru paru untuk menyerap oksigen hingga sekitar 50%. Seseorang yang sehat dapat menggunakan oksigen tambahan dan sembuh dari infeksi. Tetapi, jika kemampuan paru paru sudah berkurang karena merokok atau vape, akan sulit mendapatkan oksigen dan sembuh. “Kemampuan tubuh untuk menahan kerusakan di paru paru sangat dipengaruhi oleh riwayat merokok dan vape,” kata Jackler.

Ini dapat menempatkan pengguna vape pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi Covid 19 yang lebih serius. Ketika seseorang menggunakan vape, mereka menarik napas dari perangkat, uapnya bercampur dengan sekresi di paru paru, tenggorokan dan hidung, kemudian mereka meniupnya. "Ada dua hal yang ada di udara ada tetesan dari kandungan vape, tetapi telah terkontaminasi oleh sekresi dari dalam paru paru yang mungkin kaya dengan virus," kata Jackler.

Inilah bagian yang memprihatinkan tentang semua ini. Virus corona sebagian besar menyebar melalui tetesan pernapasan yang dikeluarkan ketika orang berbicara, batuk atau bersin. Tetesan pernapasan cukup besar, sehingga gravitasi mampu menarik tetesan ke bawah, karena itu tetesan tersebut tidak bertahan lama di udara.

Tetapi aerosol yang dilepaskan dalam asap vape sangat kecil, sehingga mereka dapat bertahan di udara lebih lama. "Jika seseorang baru saja menggunakan vape di sebuah ruangan kecil, terutama dengan salah satu perangkat bertenaga tinggi, sekresi paru paru mereka sendiri dapat melayang di udara selama beberapa menit atau bahkan beberapa jam setelah mereka melepaskan asap," kata Jackler. Jika pengguna vape terinfeksi Covid 19 dan mengeluarkan asap ke udara yang mengandung aerosol kecil yang terkontaminasi itu, orang lain secara teoritis dapat tertular virus saat memasuki ruangan segera setelah itu.

Prosesnya mirip dengan bagaimana petugas kesehatan dapat terinfeksi virus melalui udara, karena prosedur medis yang harus mereka lakukan pada pasien. Menggunakan vape itu sendiri secara inheren meningkatkan risiko tertular virus. Bayangkan saja, kamu meletakkan sesuatu di tangan, lalu berulang kali membawanya ke arah mulut yang mana semua orang saat ini diimbau untuk tidak melakukan hal itu demi mencegah penyebaran virus corona.

"Kecuali jika kamu mencuci tangan setiap kali menggunakan vape dan selalu membersihkan perangkat vape. Tapi jika tidak, itu dapat mengirimkan virus ke dalam mulut dan menyebabkan infeksi," kata Jackler. Kekhawatiran utama lainnya adalah, bahwa sebagian besar pengguna vape adalah remaja dan mereka cenderung tidak melakukannya sendirian, tapi bersama sama dalam kelompok. "Mereka sering berbagi perangkat vape dan tentu saja itu berisiko menularkan infeksi Covid 19," lanjutnya.

Meskipun diperkirakan bahwa orang yang berusia lebih muda akan lebih mudah pulih dari Covid 19, bukan berarti mereka tak bisa mengalami kondisi parah terutama jika paru paru mereka sudah rusak akibat vape. Bahkan, jika ada pengguna vape yang berusia lebih muda memiliki gejala virus corona yang ringan, mereka akan menjadi “penyebar diam” yang mempercepat penyebaran Covid 19 pada tingkat yang mengkhawatirkan. Para pakar kesehatan ingin kamu berhenti sekarang! Semakin cepat berhenti akan semakin baik untuk kesehatan.

Jika kamu kecanduan vape, hubungi dokter untuk mendiskusikan berbagai opsi, permen mungkin bisa membantu menjadi pengganti saat ini. Jika kamu kecanduan nikotin, Jackler merekomendasikan untuk mencoba pengganti nikotin seperti permen pelega tenggorokan, permen karet atau apapun yang tidak melibatkan menghirup bahan kimia dan terus menerus membuat kamu menyentuh mulut. Melakukan hal itu akan membantu mengurangi peluang untuk terinfeksi dan juga meningkatkan fungsi kekebalan paru paru.

"Berhenti mengepulkan asap sesegera mungkin," kata Mieses. "Vape dan merokok tidak membantu seseorang dengan cara apa pun atau bentuk apa pun, ketika mereka melawan infeksi pernapasan, seperti Covid 19."

Leave a Reply

Your email address will not be published.