Belum lama ini, aktris Shandy Aulia membagikan pengalamannya memberikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI)untuk sang buah hati, Claire Herbowo, dalam sebuah unggahan video di kanal YouTube nya. Dalam videonya, Shandy menyebutkan, sesuai dengan konsultasinya bersama ahli gizi anak, ia memilih alpukat dan sedikit tambahan madu untuk sang anak. Namun, keputusan Shandy memberikan MPASI untuk Claire yang baru berusia 4 bulan mendekati 5 bulan kala itu menjadi ramai diperbincangkan warganet.
Pro dan kontra muncul menanggapi keputusan Shandy tersebut, meskipun Shandy telah menekankan bahwa pemberian MPASI pada Claire sesuai dengan petunjuk dokter. Diketahui, video yang Shandy unggah melalui kanal YouTube nya tersebut kini sudah tidak dapat ditemukan. Sementara itu, melalui akun Instagram pribadinya, Shandy telah menekankan, sebagai ibu maka tentu saja ia menginginkan yang terbaik untuk anaknya.
Shandy pun menegaskan, pemberian MPASI pada Claire di usia yang baru mendekati 5 bulan dilakukan atas petunjuk dokter anak. "Sebagai ibu jelas saya ingin memberikan yang terbaik untuk anak saya, terbaik untuk saya bukan artinya terbaik untuk semua ibu ibu di Indonesia ini, jadi PERASAAN TERBAIK itu kembali lagi pada setiap pribadi dan cara kita memandangnya(emoticon). Sebelum saya memberikan MPASI saat usia Claire belum 6 bulan tentunya bukan keputusan iseng ataupun tanpa dasar konsultasi pada Dokter yang sudah berpengalaman, tidak hanya pengalaman pada teori saja tapi juga jangka jam terbang dokter yang sudah bisa saya percayakan," tulis Shandy dalam unggahannya di Instagram pada Minggu (12/7/2020).
Lebih lanjut, Shandy pun membantah, pemberian MPASI pada Claire tersebut dilakukan karena sang anak kekurangan berat badan ataupun kurang asupan gizi. Menurutnya, kondisi berat badan Claire baik dan sehat. Selain itu, Shandy menegaskan, Claire juga tidak menunjukkan tanda tanda sebagai bayi yang kekurangan gizi.
"Pemberian MPASI pada @missclaireherbowo bukan karena kurang berat badan ataupun kurang gizi / stuning. Kondisi Claire untuk berat badan dalam kondisi BAIK dan SEHAT. Bila menurut Ibu Ibu Indonesia anak sehat itu ciri utamanya HARUS MONTOK harus seperti Roti sobek dan pipi yang cubby baru bisa ada rasa nyaman dan tenang pada si ibu dan bayi silakan saja (emoticon) tapi untuk Claire saya nyaman dan tenang dengan berat anak saya sekarang ini," tegas Shandy.
Dokter Spesialis Anak, Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropis, dr. Ayodhia Pitaloka Pasaribu, MKed (Ped), SpA(K), Ph.D (CTM), menyebutkan, pemberian MPASI untuk anak umumnya dilakukan mulai usia 6 bulan. Hal itu berdasarkan anjuran WHO dan Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI. Namun,Dokter di RSUP Adam Malik Medan itu mengatakan, pemberian MPASI di usia di bawah 6 juga memungkinkan dilakukan dalam kondisi tertentu.
Terlepas dari itu, bagaimana pemberian MPASI yan tepat untuk anak? Ayodhia mengatakan, pemberian MPASI yang tepat harusmemenuhi gizi yang seimbang. Ayodhia menjelaskan, makronutrien dapat terpenuhi dengan makanan yang mengandung karbohidrat, protein, serta lemak.
Sementara, kebutuhan mikronutrien dipenuhi dengan mineral dan vitamin. Menurut Ayodhia, untuk MPASI awal maka makanan harus disaring atau dilumatkan. "Makronutrien itu berarti di dalamnya harus ada karbohidrat, protein, dan lemak."
"Kemudian mikronutriennya harus ada mineral dan vitamin, nah itu komposisi makanan yang harus diberikan pada anak," jelasnya. "Untuk bentuk makanannya tentu makanan yang bumbu saring atau yang dilumatkan, itu yang dilakukan di awal," tambahnya. Ayodhia menambahkan beberapa contoh makanan untuk MPASI agar keseimbangan gizinya terpenuhi.
"Contohnya untuk karbohidrat itu bisa nasi, kentang, itu boleh tapi disaring." "Protein bisa dari ikan, ayam, kalau daging karena lebih kasar maka pemberiannya di atas 8 bulan." "Lalu untuk lemak bisa ada minyak tambahan," jelas Ayodhia.
Sementara itu, terkait penggunaan madu untuk MPASI, menurut Ayodhia, madu dianjurkan diberikan setelah anak berusia 1 tahun. Hal ini lantaran adanya kandungan bakteri Clostridium botulinum yang dapat mengganggu sistem pencernaan anak. "Madu itu kita anjurkan di atas 1 tahun, tidak terlalu cepat, karena kita takut di usus itu dengan tambahan madu akan terjadi infeksi oleh Clostridium Botulinum nama bakterinya."
"Nah itu harus kita hindari dulu di bawah usia 1 tahun. Di atas usia itu, bisa kita pertimbangkan," bebernya. Ayodhia menjelaskan, sesuai dengan pedoman WHO, pemberian MPASI dimulaiketika bayi berusia 6 bulan. Hal ini lantaran ASI dianggap masih cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi di usia 6 bulan pertama.
"Jadi sebenarnya tetap, sesuai dengan pedoman dari WHO dan anjuran dariUnit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI, maka pemberian MPASI itu diberi mulai usia 6 bulan, bukan di bawah 6 bulan, karena dianggap bahwa ASI saja itu gizinya sudah terpenuhi untuk tumbuh kembang anak dan bayi dalam 6 bulan pertama." "Jadi di bawah 6 bulan, kita tidak dianjurkan untuk pemberian MPASI," terangnya. Namun, Ayodhia mengatakan, anjuran MPASI di usia 6 bulan merupakan anjuran untuk anak anak secara umum.
Menurutnya, dokter bisa saja menganjurkan pemberian MPASI sebelum 6 bulan. Ia mengatakan, pemberian MPASI lebih awal biasanya didasari oleh evaluasi kurva pertumbuhan sang bayi. "MPASI boleh diberikan di bawah 6 bulan apabila sesudah dokter evaluasi kurva pertumbuhannya tidak berkembang dengan baik."
"Misalnya kurva pertumbuhannya itu tidak naik, hanya statis, atau bahkan menurun sesudah beberapa kali evaluasi," terang Ayodhia. "Nah jadi dengan anjuran dokter maka diperbolehkan untuk pemberian MPASI lebih cepat di bawah 6 bulan," tambahnya. Ayodhia menekankan, pemberian MPASI di bawah 6 bulan pun harus mempertimbangkan sejumlah hal.
Di antaranya yaitu apakah kepala anak sudah tegak, apakah anak sudah dapat duduk dengan bantuan, hingga bagaimana anak menunjukkan rasa inginnya untuk makan. "Tentu saja dengan melakukan evaluasi juga, apakah kepala anak sudah tegak, kemudian anak sudah bisa duduk dengan bantuan setidaknya, kemudian anak harus menunjukkan rasa ingin makan dulu." "Jadi dia misalnya melet kalau melihat makanan atau mengikuti arah dari sendok, itu menunjukkan ketertarikan untuk makan."
"Nah itu tadi harus ada ditambah kurva pertumbuhannya tidak sesuai dengan kurva pertumbuhannya, yang seharusnya naik ini statis atau bahkan turun, itu bisa menjadi pertimbangan MPASI lebih cepat," jelasnya.