Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (17/7). Rupiah tercatat melemah 77 poin di level Rp14.702 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp14.625 per USD.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pelemahan nilai tukar dipicu oleh perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi di DKI Jakarta. Pasar memberi sentimen negatif karena melihat hal ini dapat memperlambat pemulihan ekonomi.
“Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kemarin memperpanjang PSBB transisi selama 14 hari ke depan, akibat penyebaran kasus penyakit virus corona yang masih cukup tinggi. PSSB transisi yang terus diperpanjang tersebut berisiko membuat pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lebih lambat dan lama,” ujarnya.
Selain itu, faktor lain adalah momen Bank Indonesia menurunkan suku bunga sebesar 25 bps di kisaran 4 persen kurang tepat karena secara bersamaan pasar condong ke masalah resesi Singapura, ketegangan antara AS dan China serta penyebaran pandemi Virus Corona yang terus mengkhawatirkan.
Di sisi lain Bank Indonesia (BI), memberikan indikasi dalam pertemuan selanjutnya tidak akan memangkas suku bunga acuan lagi. Selain itu, dalam kondisi saat ini pemulihan ekonomi lebih efektif melalui jalur kuantitas, yaitu bagaimana dari aspek likuiditas dan pendanaan, seperti quantitative easing yang sudah dilakukan Bank Indonesia.
Faktor Lain
Faktor lain, di hari yang sama, Bank Dunia merilis laporan Indonesia Economic Prospects edisi Juli 2020. Laporan itu diberi judul The Long Road to Recovery atau jalan jalan menuju pemulihan. Lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat) itu memperkirakan ekonomi Indonesia tidak tumbuh alias 0 persen.
Namun, Bank Dunia punya skenario kedua, yaitu ekonomi Indonesia mengalami kontraksi minus (-) 2 persen pada 2020 jika resesi global ternyata lebih dalam dan pembatasan sosial (social distancing) domestik lebih ketat.
Ekonomi Indonesia bisa saja memasuki resesi jika pembatasan sosial berlanjut pada kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 dan atau resesi ekonomi dunia lebih parah dari perkiraan sebelumnya.
“Dalam perdagangan akhir pekan rupiah masih mengalami pelemahan di akibatkan data eksternal dan internal yang kurang mendukung sehingga arus modal asing kembali keluar pasar dalam negeri,” tandasnya.